Wali Kota Bandung Muhammad Farhan secara tegas mendorong pemerintah pusat mereaktivasi Bandara Husein Sastranegara untuk kembali melayani penerbangan komersial. Langkah ini diusulkan menyusul kegagalan kebijakan pemindahan operasi penerbangan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka, yang dinilai tidak efektif dan membebani keuangan daerah.
Dampak Negatif Penutupan Bandara Husein
Farhan mengungkapkan dua dampak kritis akibat pengalihan operasi ke Kertajati:
-
Beban Keuangan Provinsi:
Pemprov Jabar menanggung kerugian operasional BIJB Kertajati hingga puluhan miliar rupiah per tahun. -
Penurunan Ekonomi Lokal:
Sektor pariwisata dan perekonomian Bandung terhambat karena akses bandara yang jauh dari pusat kota. Masyarakat lebih memilih terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta (120 km dari Bandung).
“Masyarakat Jabar dipaksa menggunakan Kertajati yang jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Akibatnya, minat terbang dari Bandung justru menurun,” tegas Farhan di Balai Kota Bandung, Kamis (12/6).
Argumentasi Reaktivasi
Farhan menegaskan bahwa membuka kembali Bandara Husein akan:
-
Memulihkan sektor pariwisata Kota Bandung.
-
Mengurangi beban anggaran Pemprov Jabar.
-
Memudahkan akses transportasi 6 juta warga Bandung Raya.
“Dengan segera membuka Husein, pariwisata Bandung akan bergerak. Ini solusi mendesak!” tegasnya.
Data Pendukung
Bandara | Jarak dari Pusat Kota Bandung |
---|---|
Husein Sastranegara | 5 km |
BIJB Kertajati | 80 km |
Respons Pemerintah Pusat
Hingga kini, Kementerian Perhubungan belum memberikan tanggapan resmi. Namun, usulan ini mendapat dukungan luas dari pelaku usaha dan asosiasi pariwisata Jabar yang menyoroti penurunan 25% kunjungan wisatawan sejak penutupan Bandara Husein pada 2023.