Damaskus, CARI INFO BANDUNG – Pergolakan besar terjadi di Suriah setelah rezim Bashar Al-Assad dijatuhkan oleh kelompok pemberontak, yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di bawah pimpinan Abu Mohammed al-Jolani. Peristiwa ini membuka babak baru ketegangan di Timur Tengah, dengan berbagai aktor internasional memberikan respons beragam.
Runtuhnya Rezim Assad
Setelah serangan selama 14 hari yang melumpuhkan pasukan Assad di kota-kota utama seperti Aleppo, Hama, dan Homs, pemberontak berhasil menduduki Damaskus pada Minggu (8/12/2024). Bashar Al-Assad sendiri melarikan diri dan mendapatkan suaka di Moskow, Rusia.
Mohammad al-Bashir ditunjuk sebagai Perdana Menteri transisi, dengan mandat memimpin negara hingga 1 Maret 2024. “Kini saatnya bagi rakyat ini untuk menikmati stabilitas dan ketenangan,” ujar Bashir dalam wawancara pertamanya dengan Al Jazeera.
Eskalasi Militer Israel
Di tengah situasi yang bergejolak, Israel melancarkan sekitar 480 serangan terhadap target militer strategis di Suriah dalam 48 jam terakhir. Tentara IDF mengklaim menyerang persediaan senjata strategis, termasuk 15 kapal angkatan laut, baterai antipesawat, dan lokasi produksi senjata.
Kementerian Luar Negeri Qatar langsung mengecam tindakan Israel sebagai “serangan terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah” dan “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional”. Negara-negara Timur Tengah lain seperti Mesir, Arab Saudi, dan Yordania turut mengecam tindakan tersebut.
Respons Internasional
Uni Eropa, melalui Kaja Kallas, kepala kebijakan luar negeri, memperingatkan risiko kekerasan sektarian dan ekstremisme. “Kita harus menghindari terulangnya skenario mengerikan di Irak, Libya, dan Afghanistan,” tegasnya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan komitmennya untuk menjaga integritas wilayah Suriah, menyatakan akan menentang setiap upaya pembagian atau gangguan terhadap stabilitas negara tersebut.
Catatan Sejarah
Revolusi Suriah yang dimulai pada 2011 telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan mengungsi jutaan warga. Rezim Assad selama ini dikenal otoriter, dengan tuduhan melakukan pembantaian terhadap kelompok oposisi.
Menariknya, PBB melalui utusan khususnya Geir Pedersen memberikan penilaian positif awal terhadap HTS, mencatat “pesan baik” yang disampaikan kelompok tersebut kepada rakyat Suriah.
Kesimpulan
Suriah kini berada di persimpangan sejarah yang kritis. Transisi kekuasaan dari rezim Assad membuka babak baru ketidakpastian regional, dengan berbagai kekuatan internasional dan regional siap memainkan perannya dalam membentuk masa depan negara ini.
Artikel ini disusun berdasarkan laporan CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2024)