Purwakarta, Jawa Barat – Pemerintah Kabupaten Purwakarta meluncurkan gerakan sosial bertajuk Nyaah ka Indung (Sayang kepada Ibu) yang bertujuan merekrut 1.000 ibu asuh untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan anak-anak kurang mampu. Gerakan ini dinilai sebagai upaya konkret mengatasi kesenjangan sosial dan memastikan masa depan generasi muda di tengah tantangan ekonomi.

Latar Belakang: Tingginya Angka Anak Putus Sekolah dan Kemiskinan
Berdasarkan data Dinas Sosial Purwakarta (2023), sekitar 15% anak usia sekolah di daerah ini terancam putus sekolah akibat ketidakmampuan ekonomi keluarga. Selain itu, 22% anak di bawah 17 tahun hidup di bawah garis kemiskinan dengan akses terbatas terhadap nutrisi dan layanan kesehatan.

Gerakan Nyaah ka Indung diinisiasi untuk merangkul peran komunitas, terutama perempuan, dalam memberikan pendampingan layaknya seorang ibu kandung. “Ini bentuk kepedulian kolektif. Ibu asuh tidak hanya memberi bantuan materi, tetapi juga menjadi figur yang mendukung perkembangan emosional anak,” ujar Kepala Dinas Sosial Purwakarta, Tini Suhartini, dalam konferensi pers, Senin (25/9).

Mekanisme Gerakan: Pendampingan Holistik dan Berkelanjutan
Calon ibu asuh direkrut melalui seleksi ketat yang mencakup latar belakang pendidikan, kemampuan ekonomi, dan motivasi. Mereka akan mendapatkan pelatihan psikologi anak serta dukungan dana hibah dari pemerintah daerah sebesar Rp 500.000 per bulan per anak. Setiap ibu asuh diharapkan membina 1-2 anak hingga mereka menyelesaikan pendidikan menengah.

Selain bantuan finansial, program ini mencakup:

  1. Bimbingan belajar rutin di sanggar komunitas.
  2. Penyediaan paket nutrisi bulanan.
  3. Akses layanan kesehatan gratis melalui kerja sama dengan puskesmas setempat.

Dukungan Budaya Sunda dan Respons Masyarakat
Nama Nyaah ka Indung diambil dari filosofi Sunda yang menempatkan ibu sebagai pusat kasih sayang dan pendidikan moral. Gerakan ini telah mendapat dukungan luas, termasuk dari pesantren, organisasi perempuan, dan pelaku UMKM.

“Saya ikut mendaftar sebagai ibu asuh karena ingin membantu anak-anak yang nasibnya kurang beruntung. Ini juga bagian dari mengamalkan nilai-nilai silih asah, silih asuh, silih asih,” tutur Siti Aisyah, pemilik usaha kerajinan tangan yang telah mendaftar sebagai relawan.

Tantangan dan Langkah Ke Depan
Meski mendapat antusiasme, pemerintah mengakui sejumlah kendala, seperti keterbatasan anggaran dan kesadaran masyarakat di daerah terpencil. Saat ini, baru 300 calon ibu asuh yang teregistrasi dari target 1.000 orang.

Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika, menegaskan komitmennya untuk melibatkan sektor swasta. “Kami sedang merancang insentif pajak bagi perusahaan yang berpartisipasi. Kolaborasi multisektor adalah kunci keberlanjutan gerakan ini,” tegasnya.

Penutup: Investasi untuk Masa Depan Purwakarta
Gerakan Nyaah ka Indung tidak hanya sekadar program karitatif, tetapi investasi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia yang unggul. Jika berhasil, inisiatif ini bisa menjadi model bagi daerah lain dalam memerangi kemiskinan anak melalui pendekatan kultural dan pemberdayaan perempuan.


Sumber Data:

  1. Laporan investigasi Pikiran Rakyat (PR-019231398).
  2. Statistik kemiskinan anak dari Dinas Sosial Kabupaten Purwakarta (2023).
  3. Wawancara dengan Kepala Dinas Sosial Purwakarta, Tini Suhartini, dan Bupati Anne Ratna Mustika.
  4. Dokumen kebijakan Pemerintah Kabupaten Purwakarta tentang Program Nyaah ka Indung.

Artikel ini disusun berdasarkan data resmi, wawancara langsung, dan verifikasi fakta untuk memastikan akurasi sesuai standar jurnalistik.

By Luthfan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *