Bandung, 3 Mei 2025, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi secara resmi meluncurkan program pendidikan karakter dengan pendekatan semi militer bernama “Gerbang Panca Waluya” bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Jumat (2/5/2025). Program ini mengusung lima nilai utama yang berakar dari budaya Sunda yakni cageur (sehat), bener (jujur), bageur (berbakti), pinter (cerdas), dan singer (berani).
Program yang ditujukan bagi siswa dengan riwayat kenakalan berat ini telah memberangkatkan total 69 peserta didik dalam gelombang pertama, yang terdiri dari 39 siswa dari Kabupaten Purwakarta dan 30 siswa dari Kota Bandung.
“Yang penting ini fokus dulu deh yang bikin resah, karena kriminalitasnya sudah sampai membunuh,” ungkap Dedi saat memberikan sambutan pada Apel Peringatan Hardiknas di Bandung, Jumat (2/5/2025).
Program Gerbang Panca Waluya akan berlangsung selama enam bulan dengan pendekatan semi-militer untuk pembentukan karakter. Sasaran program ini adalah siswa dengan kenakalan berat seperti pelaku tawuran, konsumsi minuman beralkohol, tindak kekerasan hingga upaya pembunuhan, serta siswa dengan kecanduan gim daring seperti “Mobile Legends”.
Dedi menjelaskan bahwa program ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini sekaligus menekan angka kriminalitas di kalangan remaja di Jawa Barat.
Tanggapan terhadap Kritik
Menanggapi kontroversi terkait hak perlindungan anak yang disuarakan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Gubernur Dedi menegaskan bahwa program ini telah mendapat persetujuan dari pihak sekolah dan sesuai dengan kurikulum yang dianut.
“Kita kan pendidikan, pendidikan ada konsepnya, sekolah juga sudah punya kurikulumnya masing-masing. Kan ini yang bergerak menyerahkan juga kepala sekolahnya, mereka kan sudah ada kurikulum, lalu problemnya apa sih? Dari sisi aspek perlindungan anak kan gak ada problem,” tegas Dedi.
Peluncuran program ini menandai salah satu terobosan dalam pendekatan pendidikan karakter di Jawa Barat yang menggabungkan nilai-nilai lokal dengan metode pembinaan disiplin semi-militer, meskipun masih menuai pro dan kontra di kalangan pemerhati pendidikan dan perlindungan anak.