GAZA – Konflik bersenjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza telah memasuki bulan ke-20 dengan jumlah korban tewas yang terus membengkak. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan pada Rabu (11/6/2025) bahwa korban jiwa telah melampaui angka 55.000 orang, dengan lebih dari separuhnya adalah perempuan dan anak-anak.

Angka Korban yang Mengkhawatirkan

Data terbaru menunjukkan 55.104 orang tewas dan 127.394 orang mengalami luka-luka sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023. Namun, laporan tidak merinci berapa jumlah warga sipil dibanding kombatan yang menjadi korban dalam konflik berkepanjangan ini.

Keprihatinan semakin mendalam ketika diketahui bahwa banyak korban diduga masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan atau berada di wilayah yang belum dapat dijangkau oleh petugas medis. Kondisi ini mempersulit upaya evakuasi dan penghitungan korban yang akurat.

Akar Konflik dan Eskalasi

Konflik ini berawal dari serangan mendadak yang dilakukan milisi Hamas pada 7 Oktober 2023 ke wilayah selatan Israel. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan mengakibatkan penculikan 251 sandera. Sejak insiden tersebut, konflik semakin meluas dan berkepanjangan tanpa tanda-tanda akan mereda.

Israel merespons dengan kampanye militer yang oleh berbagai pihak dianggap sebagai salah satu yang paling mematikan dan merusak sejak Perang Dunia II. Dampaknya sangat massif terhadap infrastruktur dan kehidupan warga sipil di Gaza.

Kondisi Humaniter yang Memburuk

Pasukan Israel dilaporkan telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa sekitar 90 persen penduduknya mengungsi dari tempat tinggal mereka. Dalam beberapa pekan terakhir, lebih dari separuh Jalur Gaza telah dijadikan zona penyangga militer, termasuk kota Rafah di bagian selatan yang kini sebagian besar kosong.

Kota-kota di Gaza kini rata dengan tanah, sementara ratusan ribu warga Palestina terpaksa hidup di tenda-tenda kumuh dan sekolah yang tak lagi digunakan. Sistem layanan kesehatan telah runtuh total, bahkan ketika jumlah korban luka terus bertambah setiap harinya.

Krisis Bantuan Kemanusiaan

Sejak berakhirnya gencatan senjata pada awal tahun, Israel memberlakukan blokade ketat selama lebih dari dua bulan, yang memicu kekhawatiran terjadinya kelaparan massal di antara penduduk Gaza. Meskipun pelonggaran sempat terjadi pada Mei, sistem distribusi bantuan yang baru tetap tidak efektif akibat berbagai hambatan.

Kekacauan, pembatasan militer, dan penjarahan menjadi kendala utama dalam penyaluran bantuan kemanusiaan. Israel menuding Hamas menyedot bantuan untuk kepentingan militer, namun PBB dan organisasi kemanusiaan internasional membantah adanya pengalihan bantuan secara sistematis kepada milisi.

Klaim Militer dan Situasi Sandera

Israel mengeklaim telah menewaskan lebih dari 20.000 militan Hamas, meskipun tidak menyertakan bukti publik yang dapat diverifikasi. Di sisi lain, Hamas masih menyandera 55 orang dari total 251 sandera yang diculik pada serangan awal, dan kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.

Meski terus digempur, kelompok militan Hamas masih mampu mempertahankan wilayah di luar zona militer yang ditetapkan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa konflik masih jauh dari penyelesaian definitif.

Upaya Pembebasan dan Pertukaran

Lebih dari separuh sandera yang diculik dalam serangan awal telah berhasil dibebaskan melalui perjanjian pertukaran tawanan antara kedua belah pihak. Selain itu, delapan orang berhasil diselamatkan langsung oleh pasukan Israel dalam operasi militer, sementara puluhan sandera lainnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

Dampak Jangka Panjang

Konflik yang telah berlangsung selama 20 bulan ini telah mengubah wajah Gaza secara dramatis. Infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya hancur atau rusak parah. Generasi muda Gaza mengalami trauma mendalam akibat kekerasan berkepanjangan yang mereka saksikan.

Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata dan solusi damai, namun upaya diplomatik belum membuahkan hasil yang signifikan. Sementara itu, penderitaan warga sipil di kedua belah pihak terus berlanjut tanpa kepastian kapan konflik ini akan berakhir.

Situasi di Gaza saat ini mencerminkan kompleksitas konflik Timur Tengah yang membutuhkan pendekatan komprehensif dan komitmen kuat dari berbagai pihak untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.


Laporan ini disusun berdasarkan data dan informasi dari otoritas kesehatan Gaza serta berbagai sumber berita internasional per 11 Juni 2025

By Luthfan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *