JAKARTA. Mundurnya Joe Biden dari Pemilu AS 2024 membuka jalan bagi Wakil Presiden Kamala Harris untuk menjadi kandidat terdepan dari Partai Demokrat. Kondisi ini mempertemukan Harris dengan kandidat Partai Republik, Donald Trump, dalam pemilihan presiden mendatang.
Menurut laporan Anadolu Agency, Harris dan Trump memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam berbagai isu kebijakan luar negeri. Ini mencakup isu-isu utama seperti hubungan dengan Rusia, Ukraina, Israel, Palestina, dan China. Harris diperkirakan akan melanjutkan kebijakan luar negeri Biden di bidang-bidang ini.
Trump: Sikap Keras terhadap China, Fleksibel terhadap Rusia
Selama masa jabatannya, Trump menunjukkan sikap keras terhadap China dan sangat mendukung Israel dalam konflik di Gaza. Agendanya, “America First,” memprioritaskan isu-isu domestik AS dan seringkali mengesampingkan isu-isu internasional.
Harris: Dukungan Kuat untuk Ukraina dan Transatlantik
- Perang Ukraina-Rusia Seperti Biden, Harris telah menunjukkan dukungan kuat bagi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Pada bulan Juni, Harris mewakili AS dalam KTT Perdamaian di Ukraina, bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy untuk keenam kalinya. Di Konferensi Keamanan Munich pada bulan Februari, dia menegaskan komitmen AS untuk mendukung Ukraina “selama diperlukan” dan menuduh Moskow bertanggung jawab atas kematian politisi oposisi Rusia, Alexei Navalny.
Harris berusaha meyakinkan sekutu AS akan dukungan keamanan terhadap agresi Rusia dan ancaman lainnya. “Rakyat Amerika akan menyambut momen ini. Dan Amerika akan terus memimpin,” katanya.
Potensi Perubahan Dukungan AS di Bawah Trump
Trump berulang kali mengatakan bahwa dia bisa mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina jika terpilih kembali. Dalam pidatonya di acara balai kota CNN pada Mei 2023, Trump menyatakan: “Mereka sekarat, warga Rusia dan Ukraina. Saya ingin mereka berhenti sekarat. Dan saya akan menyelesaikannya – saya akan menyelesaikannya dalam 24 jam.”
AS telah memberikan bantuan militer bernilai puluhan miliar dolar kepada Kyiv sejak perang Rusia dimulai pada Februari 2022. Namun, kemenangan Trump berpotensi membahayakan dukungan masa depan bagi Ukraina.
Pasangan Trump, James David (JD) Vance, juga skeptis terhadap bantuan AS untuk Ukraina. Dalam pidatonya di Quincy Institute, dia mengatakan: “Saya tentu saja mengagumi orang-orang Ukraina yang berperang melawan Rusia, tapi menurut saya Amerika tidak berkepentingan untuk terus mendanai perang yang tidak pernah berakhir di Ukraina.”